Sekarang Pelajar Berpikir Soal Amanah
Brow...
Punya banyak pengalaman memang hal yang ternilai, namun apakah dengan meninggalkan amanah yang kita miliki sebuah pengalaman tetap bernilai? Tentu tidak. Sebagai kaum muslimin sebuah amanah begitu penting "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS (4:58)
Di saat ini pasti ada diantara kita yang menyepelekan sifat yang mulia (amanah) ini, saya menulis ini juga dalam tujuan mengingatkan diri dalam menjaga amanah yang tak sedikit ini. Menuntut ilmu di sekolah misalnya, saya yakin tak ada orang tua yang menyekolahkan anaknya hanya demi sebuah nilai atau demi menempatkan anaknya saja. Tentu kita sebagai pelajar mengerti hal ini bahwa orang tua punya tujuan yang mulia. Mereka terus bekerja demi memenuhi kebutuhan kita, berani mengambil resiko dengan berpisah jauh dengan anaknya, hingga berkorban segala yang mereka miliki. Amanah ini (pelajar) yang mereka bela, dengan hidup saja kita sudah mengemban amanah dari Allah swt untuk menerapkan syariatnya. Dahsyat bukan
Dengan kita mengetahuinya saja tidaklah cukup, perlu diketahui bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang bisa dilakukan semudah membalik tangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan tentang beratnya amanah di dalam firman-Nya:
إِنَّا عَرَضْنَا اْلأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا اْلإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan meninggalkan seluruh larangan-Nya) kepada seluruh langit dan bumi serta gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh. ” (Al-Ahzab: 72)
Di dalam ayat tersebut kita mengetahui, bahwa makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar tidak bersedia menerima amanah yang ditawarkan kepada mereka. Yaitu amanah yang berupa menjalankan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan melalui utusan-Nya. Mereka enggan untuk menerima amanah tersebut bukan karena ingin menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukan pula karena mereka tidak berharap balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar dengan menjalankan amanah tersebut. Akan tetapi mereka menyadari betapa beratnya memikul amanah. Sehingga mereka khawatir akan menyelisihi amanah tersebut yang berakibat akan terkena siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat pedih. Hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih untuk menerima amanah tersebut
Kembali ke pokok pembicaraan, amanah itu di zaman seperti ini sudah hal yang biasa kita berikan atau terima dari orang lain. Itulah yang disebut manusia dengan segala kelemahannya, oelh karna itu saran saya berpikirlah lagi berkali-kali saat menerima amanah. Contohnya sebagai pelajar yang telah mengemban amanah dari orang tua ini, janganlah sampai mengecewakan mereka.
Kita tidak mau di khianati, maka jangan sampai berkhianat. Jika tak mau disakiti, jangan menyakiti hingga kapanpun timbal balik tetap ada kok. Jalani amanah kita yaaah :) dari kita akan lahir pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab..
Punya banyak pengalaman memang hal yang ternilai, namun apakah dengan meninggalkan amanah yang kita miliki sebuah pengalaman tetap bernilai? Tentu tidak. Sebagai kaum muslimin sebuah amanah begitu penting "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS (4:58)
Di saat ini pasti ada diantara kita yang menyepelekan sifat yang mulia (amanah) ini, saya menulis ini juga dalam tujuan mengingatkan diri dalam menjaga amanah yang tak sedikit ini. Menuntut ilmu di sekolah misalnya, saya yakin tak ada orang tua yang menyekolahkan anaknya hanya demi sebuah nilai atau demi menempatkan anaknya saja. Tentu kita sebagai pelajar mengerti hal ini bahwa orang tua punya tujuan yang mulia. Mereka terus bekerja demi memenuhi kebutuhan kita, berani mengambil resiko dengan berpisah jauh dengan anaknya, hingga berkorban segala yang mereka miliki. Amanah ini (pelajar) yang mereka bela, dengan hidup saja kita sudah mengemban amanah dari Allah swt untuk menerapkan syariatnya. Dahsyat bukan
Dengan kita mengetahuinya saja tidaklah cukup, perlu diketahui bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang bisa dilakukan semudah membalik tangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan tentang beratnya amanah di dalam firman-Nya:
إِنَّا عَرَضْنَا اْلأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا اْلإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan meninggalkan seluruh larangan-Nya) kepada seluruh langit dan bumi serta gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh. ” (Al-Ahzab: 72)
Di dalam ayat tersebut kita mengetahui, bahwa makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar tidak bersedia menerima amanah yang ditawarkan kepada mereka. Yaitu amanah yang berupa menjalankan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan melalui utusan-Nya. Mereka enggan untuk menerima amanah tersebut bukan karena ingin menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukan pula karena mereka tidak berharap balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat besar dengan menjalankan amanah tersebut. Akan tetapi mereka menyadari betapa beratnya memikul amanah. Sehingga mereka khawatir akan menyelisihi amanah tersebut yang berakibat akan terkena siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat pedih. Hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih untuk menerima amanah tersebut
Kembali ke pokok pembicaraan, amanah itu di zaman seperti ini sudah hal yang biasa kita berikan atau terima dari orang lain. Itulah yang disebut manusia dengan segala kelemahannya, oelh karna itu saran saya berpikirlah lagi berkali-kali saat menerima amanah. Contohnya sebagai pelajar yang telah mengemban amanah dari orang tua ini, janganlah sampai mengecewakan mereka.
Kita tidak mau di khianati, maka jangan sampai berkhianat. Jika tak mau disakiti, jangan menyakiti hingga kapanpun timbal balik tetap ada kok. Jalani amanah kita yaaah :) dari kita akan lahir pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab..
Komentar
Posting Komentar
Memberi saran itu cara menasihati dengan manfaat yang berkala panjang loh.. Komentar yuk