Supaya Kebaikan Mendekat




Sejarahnya nih..
Pertama muncul keinginan atau niat menghafal dari diri sendiri ketika kuliah semester 3,  singkat cerita saya sudah menghafal semenjak SD kelas 6 ketika itu orang tua memasukkan saya ke pondok pesantren menghafal di daerah pesawaran. Selama belajar dan menghafal Al Qur’an di pesantren, karna memang bukan niat dari pribadi untuk menghafal alhasil saya termasuk santri dengan capaian terbawah. Saat itu kawan-awan selesai menghafal tuntas, saya masih tiga belas juz. Melanjutkan SMA, saya masuk SMA Islam Terpadu di Bogor saat itu belum ada program khusus menghafal sehingga hafalan saya menjadi tidak terjaga dan tersisa 10 juz.


Sedihnya..
Masih belum melanjutkan hafalan, ini cerita saya kuliah di Universitas Lampung selama dua semester. Harus beradaptasi, dengan lingkungan yang benar-benar heterogen juga dengan kesibukan yang benar-benar melalaikan. Selesai dua semester saya  rasa hafalan ini tersisa 5 juz. Ini titik yang sudah sewajarnya menjadikan saya pusing melinting, takut hafalan ini akan habis bukan hafiz.

Finally.. ALhamdulillah pokoknya
Liburan semester 3 saya dikenalkan dengan program Takhosus Tahfizul Qur’an (TTQ) di Masjid Al Wasi’i Kampus Unila. Program percepatan hafalan, semua peserta dikarantina selama 2 pekan dengan target hafalan 3 juz. Setelah mengetahui ada program ini saya yakin bisa memulai lagi hafalan Qur’an. Point besar ketika ingin menghafal adalah mencari lingkungan, walaupun niat belum tertata tapi punya keinginan menghafal carilah lingkungan yang mendukung. Setelah mengikuti program TTQ alhamdulillah sesuai target saya menghafal 3 juz selama dua pekan, muncul niat lebih untuk menghafal sampai selesai. Setelah niat itu makin keras di hati, saya semakin sering dipertemukan dengan teman-teman yang memang sama-sama memperjuangkan ini.

Ngomongin paitnya nih..
Suka duka menjalani niatan ini, saya mulai dari dukanya. Banyak kegiatan seru saya harus tinggalkan seperti main game ini susah banget, kemudian nongkrong biasanya nongkrong di warkop sekarang jd di masjid, jalan-jalan tak sering lagi dan banyak lagi. Saya semakin sering menggunakan waktu kosong untuk menghafal, karna setiap hari kita harus setoran hafalan di MPQ (Mahasiswa Penghafal Qur’an) Unila. Ini komunitas tempat kami berkumpul untuk bersama menghafal. Kalau tentang sukanya, kegiatan yang banyak berubah tadi adalah bagian yang sangat menyenangkan. Saya merasa kegiatan saya semakin produktif dan bermanfaat.

Hingga akhirnya saya menyelesaikan hafalan di semester tujuh, 4 semester atau dua tahun.
Perasaannya bangga bisa menyelesaikan, tapi lebih banyak perasaan takutnya karna tanggung jawab menjaga hafalan adalah projek sampai mati kita. Selesai target hafalan masih banyak target selanjutnya yang harus kita capai. Juga kewajiban kita untuk mengajarkan Qur’an.
Beberapa target kedepan itu melancarkan hafalan sampai Mutqin (lancar banget), belajar ilmu hadits, fiqh dan tafsir supaya bukan Cuma hafal tapi kita harus bisa mengaplikasikan semua isi Qur’an dalam kehidupan. Jangan lupa untuk mengajarkannya.


Untuk yang masih MUDA nih…
Anak muda saat ini semua bisa menghafal, hanya masalah mau atau tidak. Cari tau apa yang akan kita dapatkan dengan hafal Qur’an atau menjadi hafiz, salah satunya seorang hafiz bisa memberi syafa’at masuk syurga kepada 10 orang keluarga yang dijamin masuk neraka juga seorang hafiz akan mendapat kemudahan urusan di dunia dan akhirat Insya Allah. Perlu dicatat di jidat, Orang tua seorang hafiz akan dipakaikan mahkota oleh anaknya yang hafal Qur’an yang terangnya melebihi mentari di akhirat kelak. Kita yang masih sering mengecewakan orang tua, kita yang masih sering membuat mereka kesal, kita yang masih sering membuat mereka meraasa malu ayo angkat derajat kedua orang tua kita. Jadikan mereka raja dan ratu di dunia sampai akhirat kelak. Aamiin, Wallahu A’lam

postingan selanjutnya ada cerita unik 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inside Ukhuwah Islamiyah

Masih Mau Durhaka?

Manfaat Gelang Kokka untuk Kita Semua